Menghadapi Ancaman Perang Hegemonik, Pertahanan Ibu Kota Nusantara Harus Dipersiapkan

Andi Widjajanto, Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI memprediksi perang antarnegara adidaya (hegemonic war) akan menjadi salah satu ancaman bagi pertahanan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang akan menjadi pusat pertahanan Indonesia. Andi Widjajanto menjelaskan bahwa ancaman perang terbuka tidak datang dari negara tetangga seperti Malaysia dan Australia, tetapi justru dari dampak konflik dua negara adidaya yang saat ini pengaruhnya dapat ditemukan di berbagai negara di dunia, seperti Amerika Serikat dan Tiongkok.

Dalam menghadapi ancaman ini, Andi Widjajanto menjelaskan bahwa IKN dan wilayah lain di Indonesia kemungkinan memang tidak menjadi sasaran utama serangan, tetapi Indonesia menjadi titik yang dilintasi atau dilewati untuk memobilisasi serangan. Oleh karena itu, Andi dalam kajian awalnya mengenai pertahanan IKN, menyampaikan ada beberapa skenario pertahanan yang dapat dipersiapkan, di antaranya menerapkan delapan protokol A2/AD (anti-akses/penangkalan wilayah). Strategi pertahanan A2/AD saat ini juga telah diatur dalam Kebijakan Umum Pertahanan Negara (Jakumhaneg).

Berbicara tentang protokol A2/AD, Andi Widjajanto menjelaskan bahwa ada delapan protokol A2/AD yang dapat digelar di IKN, yaitu pertahanan berlapis, pengawasan laut dan udara, gelar tindakan balasan, penetapan zona larangan terbang, zona eksklusi maritim, pertahanan siber, pemutusan komunikasi, dan diplomasi. Hal ini merupakan bagian dari kajian awal dalam memperkuat pertahanan Nusantara.

Menurut Andi Widjajanto, Indonesia harus mempersiapkan pasukan dan alutsistanya untuk membuat pertahanan berlapis demi menjaga wilayah NKRI, terutama Ibu Kota Nusantara. Indonesia masih memiliki waktu untuk menyusun strategi pertahanan dan menyiapkan pasukan dan alutsistanya untuk menghadapi ancaman perang hegemonik.

Dalam menghadapi ancaman ini, Indonesia bukan menjadi mandala utama, melainkan dari Darwin, dari Adelaide menuju ke mandala utamanya pasti lewat ALKI II. Dengan demikian, Indonesia harus melakukan protokol A2/AD untuk mempertahankan wilayahnya.

Dalam konteks ini, Indonesia harus mempersiapkan diri dalam menghadapi ancaman perang hegemonik. Andi Widjajanto menegaskan bahwa Indonesia harus memperkuat pertahanan Nusantara, bukan sekadar membangun Ibu Kota Nusantara-nya, melainkan memikirkan bagaimana pertarungan negara (pemegang) hegemoni, terutama Amerika Serikat dan Tiongkok, yang nantinya menjadikan Indonesia, Nusantara sebagai salah satu titik yang harus mereka dapatkan untuk memastikan kemenangan dalam pertarungan mereka.

Dalam hal ini, Indonesia harus mengadopsi teknologi dan melakukan pertahanan berlapis demi menjaga wilayah NKRI, terutama Ibu Kota Nusantara. Indonesia harus mempersiapkan diri dalam menghadapi ancaman perang hegemonik, dan Andi Widjajanto menilai bahwa delapan protokol A2/AD yang dapat digelar di IKN dapat menjadi solusi dalam menghadapi ancaman tersebut.